Friday, July 25, 2014

Perfeksionis



     


     Assalamualaikum, setelah sekian lama tidak menulis apapun di blog ini akhirnya aku comeback juga. Kenapa? Well, biasa anak SMA lulus pasti sibuk mencari perguruan tinggi, baik PTN maupun PTS. Dan alhamdulillah, aku lolos SNMPTN Undangan di jurusan Akuntansi Universitas Airlangga :)
     Kali ini aku mau posting tentang tipe kepribadian lagi #setelahsekianlamaceritanggakjelas, hehe. Yaitu Perfeksionis. Dari kata-kata "Perfek" (Perfect) yang artinya 'Sempurna' bisa diawang-awanglah maksudnya. Jadi, Perfeksionisme adalah kecenderungan seseorang untuk selalu memiliki atau mencapai kesempurnaan. Seseorang dapat menampilkan karakter perfeksionis dalam hal pekerjaan, penampilan, ataupun kehidupan sosial. Seorang yang perfeksionis akan selalu berpikir untuk melakukan sesuatu dengan sempurna, tanpa kesalahan apapun.
     Apakah kamu termasuk perfeksionis? Yuk, lihat tanda-tanda orang yang perfeksionis~

  1. Terpaku pada detail, padahal sering kali detail ini tidak perlu. Misalnya bila mengerjakan slide powerpoint, di samping isi materinya, ia akan mencurahkan perhatian berlebih pada desain slide-nya, huruf-hurufnya, ukuran huruf, dll. Sehingga biasanya orang perfeksionis membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan rekan-rekannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
  2. Tidak dapat menerima bila hasil pekerjaannya tidak sempurna, ia bahkan lebih sulit lagi menerima ketidaksempurnaan pekerjaan orang lain. Oleh karena itu, salah satu cirinya adalah gemar mengkritik.
  3. Orang perfeksionis selalu dapat dengan mudah ‘menangkap’ kelemahan/kesalahan yang diperbuat orang lain.
  4. Cenderung mempunyai standar yang tinggi bahkan untuk dirinya sendiri.
  5. Orang perfeksionis cenderung terencana (organized), sulit melakukan sesuatu secara spontan, tidak fleksibel dengan perubahan, dan biasanya jadi gelisah dan mudah jengkel/marah bila segala sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana/yang sudah ia perkirakan.
  6. Cenderung tidak ingin dipersalahkan, karena menganggap dirinya yang paling sempurna, dan paling benar, karena ia selalu dapat dengan mudah melihat “cacat cela” orang lain.
  7. Sedapat mungkin orang perfeksionis menghindari melakukan kesalahan, karena itu cenderung enggan tampil bila ia tidak yakin benar bahwa ia mampu. Orang lain sering salah mengerti dan menganggap orang perfeksionis tidak percaya diri.
  8. Memeriksa pekerjaan berulang-ulang, untuk meyakinkan diri bahwa sudah sempurna dan karena tidak ingin melakukan kesalahan.
     Sementara itu orang yang perfeksionis dalam hal kehidupan sosial merasa harus disukai semua orang, harus selalu tampil “lucu”, cerdas, dan menyenangkan. Orang-orang ini selalu khawatir jika ada yang tidak menyukainya. Lama-lama mereka menjadi fake atas sikap dan perilakunya.

     Sementara itu tentu kepribadian yang satu ini memiliki beberapa kerugian, antara lain:
  1. Sering merasa dikecewakan oleh diri sendiri dan orang lain pada saat apa yang telah direncanakannya tidak dapat terlaksana dengan baik.
  2. Merasa bahwa dirinya dibebani tanggung jawab yang terlalu berat bagi dirinya.
  3. Menganggap apa yang telah dilakukannya selalu kurang memuaskan.
  4. Merasa kurang mendapatkan apresiasi dari pihak lain atas semua yang telah dilakukannya.
  5. Cenderung merasa kecewa karena orang lain tak bekerja sekeras dirinya.
  6. Selalu terobsesi atas apa yang telah dilakukannya dan pada apa yang seharusnya dilakukannya.
  7. Orang yang bertipe perfeksionis selalu memandang suatu hal dengan serius dan cenderung merasa gelisah dengan apa yang dihadapinya.
How to overcome it?
     Menjadi perfeksionis tidaklah buruk. Tetapi karakter ‘perfeksionis’ mengandung makna ‘berlebihan’ (excessive). Jika Kamu merasa perfeksionis, pertahankanlah sisi-sisi positifnya tetapi ada pula hal-hal yang sebaiknya Kamu lakukan.
  1. Analisa apakah kamu perfeksionis atau tidak. And why I am a perfectionist?
  2. Belajar menerima keterbatasan diri, menerima kekurangan diri, dan belajar melakukan “kesalahan”.
  3. Ciptakan target yang realistis.
  4. Jangan suka membandingkan segala sesuatu dengan orang lain.
  5. Mindset "Lakukan yang terbaik, bukan sempurna."
     Menjadi seorang perfeksionis tidak selalu buruk, namun Kamu tetap harus menjalani hidup dengan seimbang. Karena bagaimana pun, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kamu memang harus selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, namun bukan berarti Kamu harus menjadi begitu terobsesi untuk meraihnya.

Saturday, April 26, 2014

Natuna, The Untold Story


     

     UN SMA telah selesai pada 16 April lalu dan no comment tentang UN, kekeke :D Sembari menunggu hasil UN dan SNMPTN, aku nggak ada kerjaan. Bangun tidur, makan, mandi, main PS, makan, main laptop, internetan, makan lagi, main PS lagi, main laptop lagi, internetan lagi, makan, tidur. Ke sekolah cuma buat foto Memory Book, itu pun nggak selalu ketemu anak satu angkatan *sigh. Untuk jaga-jaga aku juga MAU belajar buat SBMPTN. Tapi, aku sih pengennya langsung lolos SNMPTN (Aamiin...).
     Hari ini, aku tiba-tiba sedang teringat masa lalu diriku di Ranai, Kep. Natuna. Sudah 8 tahun aku pergi meninggalkan Natuna dan tanggal 19 April adalah tanggal "keramat" bagiku, kekeke. Aku bersyukur pernah tinggal di Natuna, setidaknya begitu. Meskipun aku harus pindah dengan rasa terpaksa, sampai saat ini pun. Tapi kalau aku masih tinggal di Natuna, entahlah, apa Aku masih menjadi diriku yang sekarang. Dan ada beberapa hal yang sangat-sangat kukenang di Natuna.

1. Pantai Tanjung

     Aaaaaah, aku kangen banget sama Pantai Tanjung! Aroma lautnya, ombaknya, kamar mandi 1000-annya, mie rebus setengah mateng-nya dan pengalaman 2 kali hampir tenggelamku masih terpatri jelas dalam benakku. Karena aku dulu takut berenang, aku biasanya cuma main pasir, main air, sama nyari kerang. Dulu, hampir setiap bulan kami beberapa kali kesana. Papaku pengen buat rumah di tepi pantai. Tanahnya udah ada, tinggal dibangun. Sayang, rencana itu tinggal rencana karena kami harus pindah.

2. Kapal Bukit Raya
     Setiap tahun, keluargaku mudik. Tahun ini ke Rengat, pake pesawat yang kadang-kadang ada, sering tidaknya. Tahun depannya ke Madiun, pakai kapal Bukit Raya. Yang selalu aku ingat adalah Pontianak, yaitu teriakan sayang anak-sayang anak-nya pedagang di atas kapal. Selain itu, kasur hijaunya kelas ekonomi di KM Bukit Raya, piring kaleng-nya, antri kamar mandinya, semua antri. Cuma sekali aku pake kelas VIP, itupun pas Mamaku mau melahirkan di Madiun.

3. Speedboat dan Pompong
     Dulu, Papaku pernah kerja di pulau yang namanya Pulau Kelarik (jadi camat, hehehe). Sedangkan aku tinggal di Ranai. Seminggu sekali Papaku pulang ke Ranai, pakai speedboat (yang warna putih). Kadang-kadang, kami sekeluarga ke Kelarik pake speedboat. Papa, Mama dan Maulana punya pengalaman mengerikan, speedboat yang mereka naiki hampir tenggelam. Sampai sekarang, Mama masih takut kalau inget cerita itu. Untung aku nggak ikut. Pernah juga pake pompong (yang warna-warni), karena tiket speedboat-nya habis. Dan itu cuma sekali tok. Bunyinya, tokotokotokotok, mirip bajaj.

4. Telur Penyu
     Ini makanan no 1 di lidahku. Telur Penyuuuuuuu. Rasanya enaaaaak banget. Sayang, disini nggak ada. Telur penyu direbus dan dimakan pake nasi. Harganya mahal, karena telur penyu susah ditemuin, nyarinya malem-malem dan sekarang sih dilarang.

5. Rumah Panggung
    Rumah pertamaku di Ranai adalah rumah panggung bercat biru. Kamarnya ada 3, gudang 1, kamar mandi 1, WC 1, dengan pohon nangka disamping rumah. Rumah panggung adalah rumah adat Riau dan Kepri. Banyak anjing yang tinggal di bawah rumah. Dan bila malam tiba, anjing menggonggong dan kuburan di samping rumah menambah kengerian. Hiiiiy.
....
....
     Fiuh... cukup sekian dulu aku cerita tentang Natuna. Masih banyak hal yang mau aku ceritain sih, sebenernya. Tapi, nggak bisa kurangkai lewat tulisan sayangnya. Telur asin yang warnanya hitam, jalan misterius, kenapa selalu ada kuburan disamping dan dibelakang rumahku di Ranai, termasuk cinta pertamaku, kekeke.

Sunday, February 16, 2014

The Next Big Things

     
     Akhir-akhir ini topik pembicaraanku sama ortuku berubah drastis. Biasanya ngobrol dan gosip nggak jelas sama Mamaku, sekarang ngobrolin tentang aku yang udah mau kuliah. Persiapan kuliah, ngobrolin kos-kosan yang baik dan benar (harus KIM, Kost Idaman Mama), beli peralatan buat di kos-kosan, gini-gitu, gini-gitu. Aku bertekad kalau mau beli barang-barang buat di kost, aku mau beli sendiri (biar nggak disangka ibu-ibu muda).
     Kalau sama Papaku, beuh, malah lebih ekstrim. Ngobrolin tentang masa depan sebagai seorang wanita dan calon ibu di masa depan, kekeke :D "Pokoknya harus gini, nggak boleh gitu!" Tapi aku terharu sih :') 
     Yaah, apapun itu, besok udah pendaftaran SNMPTN Undangan dan sebentar lagi mau UAN, Fighting!! Dan semoga kita mendapatkan hasil yang kita inginkan, Aamiin... :)

Young Marriage Alias Nikah Muda


     Halo semuanya~ sudah lama kita tidak bersua, hehehe. Sebenernya aku lagi curi-curi waktu buat posting setelah beberapa bulan tidak posting apapun. Karena persiapan UAN, AndyLau state karena pilihan PTN buat SNMPTN, dlldsbdst. dan besok pun aku harus Try Out. Doakan semoga sukses ya, aamiin... :)
     Kali ini aku lagi concern dengan topik Young Marriage a.k.a Nikah Muda. Tiba-tiba kepikiran buat posting ini karena prihatin aja sih, banyak yang nikah muda karena keterpaksaan.
     Kalau kita mikir nikah muda, usia berapa sih yang masuk kategori itu? According to our law, pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974, perkawinan diizinkan kalau usia laki-lakinya 19 tahun dan perempuan 16 tahun. But, di bawah usia itu pun bisa aja dilaksanakan kalau pengadilan dan kedua ortu mengizinkan.
Sumber: GoGirl!
     Marriage is challenging, tapi buat mengambil keputusan untuk nikah muda harus perlu banyak pertimbangan. Nih alasannya...
  1. Maturity Issue, menikah butuh kedewasaan yang tinggi dari kedua belah pihak. Termasuk untuk mengurus anak dan melakukan banyak pengorbanan. In a marriage, ego bakal harus ditekan serendah mungkin. Banyak yang nggak melakukan hal itu dan akhirnya memilih bercerai.
  2. Economy Issue, sebuah keluarga butuh kemapanan. Walau kelihatannya sepele, everybody knows kalau masalah ekonomi jadi pemicu utama perceraian.
  3. Apakah dia pilihan yang terbaik, atau dia pilihan yang ada? Menyeleksi dan mendapatkan pasangan yang terbaik akan menghindarkan kita dari pernyataan “Ahhh.. coba aku tidak menikah buru-buru dulu, ternyata ada yang lebih baik daripada dia.” Menghindarkan kita dari kemungkinan adanya perselingkuhan karena alasan kita tidak merasa puas dengan kualitas pasangan yang sudah kita pilih menjadi pasangan hidup kita.
  4. Data Proves It, Kementrian Agama mencatat,  80% perceraian yang terjadi berasal dari rumah tangga usia muda. Sebagian disebabkan oleh pernikahan dini, dan rata-rata perempuan yang jadi penggugat. Alasannya adalah emosi yang nggak terkendali, cekcok, juga nggak siap psikis dan ekonomi.
     Lingkungan sosial emang berperan besar. Mulai dari stigma 'perawan tua', 'nggak laku' sampe postingan kehidupan pernikahan pernikahan yang kita lihat, semua 'berebut neken' kita untuk berkeluarga as soon as possible. But lets ask ourself, are we really ready, atau cuma ngerasa takut ditinggal temen-temen nikah dan nggak mau dicap dengan stigma? Apa iya rela buru-buru nikah sama siapapun cuma karena ketakutan itu? Well, One action will impact our whole life in the future.