Sunday, November 3, 2013

This Inferior Feeling...


     Pernah nggak sih, ngerasa 'kecil' diantara temen-temen kita, ngerasa minder gitu? Aku rasa hampir semua dari kita pernah ngerasain hal seperti itu. Tapi terkadang rasa minder itu terlalu parah dan terlalu sering kita rasakan. Nah, kali ini aku mau ngebahas perasaan ini, namanya inferior...
     Minder umumnya berawal dari  penilaian diri yang buruk. Meurut Alfred Adler, kebanyakan orang merasa minder karena mengalami inferioritas yang ditandai adanya perasaan tidak kompeten atau kekurang mampuan diri. Perasaan ini bisa muncul karena orang tersebut merasa (atau betul-betul) memiliki kekurangan secara fisik maupun psikis. Seseorang yang selalu membandingkan dirinya dengan orang lain, dan merasa dirinya lebih rendah, akan memunculkan rasa minder. Orang perfeksionis, yaiutu orang yang sangat takut penampilannya tidak memuaskan (penampilan fisik maupun hasil karyanya), juga menandakan bahwa yang bersangkutan mengalami inferioritas. Karena merasa inferior, pada umumnya mereka cenderung manarik diri dari lingkungan sosial.
     Menurut psikoanalisis, perasaan inferior tumbuh sejak masa kanak-kanak. Dia merasa tidak sebaik orang lain. Perasaan inferior seringkali tumbuh karena sikap atau perilaku orang tua, guru atau orang dewasa lainnya, yang kurang tepat terhadap anak-anak. Orang dewasa seringkali melakukan penolakan dan koreksi negatif terhadap anak-anak. Julukan yang sifatnya olok-olok dan merendahkan yang terus dialami juga menjadi sebab seseorang menjadi inferior. Disamping itu perfeksionisme orang tua yang meiliki harapan terlalu tinggi dan tidak realistis terhadap anak juga turut mendorong lahirnya sifat inferior. Ketika si anak tidak dapat memenuhi harapan orang tuanya, ia akan merasa tak mampu dan merasa tidak berguna sehingga munculah minder.

     Ada beberapa gejala inferioritas yang paling umum, diantaranya :

  1. Perilaku mencari perhatian. Dengan berbagai cara, subjek inferior secara terus menerus berusaha mendapatakan perhatian.
  2. Dominasi, yaitu jika seseorang berbuah seolah-olah berkuasa atas sesuatu yang sebenarnya justru menyebabkan dirinya merasa minder.
  3. Eksklusif, yaitu perilaku tidak terlibat dalam aktifitas sosial dan lebih suka menyendiri akibat banyak kekurangan.
  4. Kompensasi, jika seseorang menyembunyikan perasaan inferiornya dengan mengembangkan diri, sehingga akhirnya mendatangkan respek dan perhatian dari orang lain.
  5. Kritis, yaitu jika seseorang memiliki kebiasaan mengkritik orang lain dalam upaya menciptakan dan memelihara citra bahwa dirinya lebih mampu dari orang lain.
  6. Punya reaksi yang berlebihan terhadap kritik.
     Nah, bagaimana solusi untuk mengurangi atau melawannya? Solusi di sini tentu solusi dalam arti proses yang perlu kita lakukan. Sebagian dari sekian proses yang bisa kita tempuh antara lain adalah:
  1. Mendeteksi dan menerima. Dari sekian bentuk keminderan itu
  2. Mulai memperbaiki image diri, potret diri, atau konsepsi diri.
  3. Lawanlah ketakutan itu dengan kesadaran (full-consciousness). Jangan melawan ketakutan Anda untuk berbicara di depan orang lain dengan berbicara seenaknya, lepas kontrol atau ngomong sembarangan. Melawan ketakutan dengan kesadaran bukanlah melawan ketakutan kita terhadap orang lain atau berani melawan orang lain, tetapi lebih pada melawan ketakutan kita sendiri.
  4. Temukan orang lain yang bisa membantu, temukan orang lain yang bisa kita jadikan contoh, temukan orang lain yang mengajak kita untuk melawan ketakutan itu, temukan orang lain yang bisa memperkuat keyakinan kita, temukan orang lain yang bisa mengajari kita.
  5. Refresh pemahaman keimanan.

     Aku yakin bahwa setiap orang pasti merasa memiliki kekurangan tertentu yang ingin diubah atau dihilangkan. Tapi rasa inferior tidak boleh terus dinikmati. Justru, rasa “tidak sempurna” itulah yang menjadi cambuk dan motivasi bagi diri kita untuk dapat mencapai kualitas diri yang semakin baik.

1 comment: